• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 83
  • 3/9/2017
  • Date :

Wasiat Imam Ali as Sebelum Wafat; Jagalah Persatuan dan Persaudaraan Umat!

Imam Ali bin Abi Thalib as berkata: “Handaklah anda semua saling berhubung erat, saling tolong menolong dan saling kasih mengasihi. Jangalah anda memutus hubungan, saling berpecah atau bercerai berai. Handaklah anda semua saling bantu membantu dalam kebajikan dan takwa. Janganlah sekali-kali anda semua saling bantu-membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan.” Dan dalam riwayat lain berkata “Hendaknya kalian mengatur baik-baik urusan kalian dan jagalah hubungan persaudaraan di antara kalian.”

wasiat imam ali as sebelum wafat; jagalah persatuan dan persaudaraan umat!

Tenggelamnya Sang Surya

“Bismillah wa billah wa ‘ala millati Rasulillah, fuztu wa Rabbi! Ka‘bah.(Dengan nama Allah, bersama Allah dan di atas agama Rasulullah, demi Sang Pemelihara Ka‘bah (sungguh) aku telah meraih kemenangan).” (Baca Juga: Ali di Sisi Rasulullah Saw)

 

Kalimat tersebut diucapkan Imam Ali setelah tikaman pedang Ibnu Muljam menghujam tepat di kepala suci Imam Ali as. saat itu Malaikat Jibril as menyeru di antara bumi dan langit, “Demi Allah, runtuhlah sudah Petunjuk! Lenyaplah sudah bendera-bendera takwa dan terputuslah sudah tali Allah yang kokoh! Telah terbunuh putra paman Muhammad Sang Musthafa! Telah terbunuh sang washi pilihan ! Telah terbunuh Ali sang Murtadha! orang yang telah membunuhnya adalah yang paling celaka di antara kaum yang celaka!”

 

Wasiat Persatuan dan Persaudaraan Umat

Dalam keadaan kritis , Imam Ali banyak berwasiat kepada ahlulbaitnya. diantaranya ada salah satunya adalah wasiat untuk menjaga persatuan dan persaudaraan umat. Imam Ali (sa) dalam wasiatnya kepada kedua putrnaya berkata :

 

“Kuwasiyatkan kepada kalian berdua, kepada semua anak-anakku, para ahlu-baitku, dan kepada siapa saja yang mendengar wasiyatku ini, supaya senantiasa bertaqwa kepada Allah. Hendaknya kalian mengatur baik-baik urusan kalian dan jagalah hubungan persaudaraan di antara kalian. Sebab aku mendengar sendiri Rasul Allah s.a.w. mengatakan: Memperbaiki dan menjaga baik-baik hubungan persaudaraan antara sesama kaum muslimin lebih afdhal daripada sembahyang dan puasa umum.” Ketahuilah, bahwa pertengkaran itu merusak agama, dan ingatlah bahwa tak ada kekuatan apa pun selain atas perkenaan Allah.  Perhatikanlah keadaan sanak famili kalian dan eratkan hubungan dengan mereka, Allah akan melimpahkan kemudahan kepada kalian di hari perhitungan kelak.”

 

Selain berwasiat untuk menjaga persaudaraan dan persatuan dan persaudaraan ummat , Imam Ali juga berwasiat untuk berbuat dan menjaga hubungan baik dengan tetangga dan sanak famili, menyantuni anak yatim dan menjaga serta melestarikan Al-Qur’an. (Baca Juga: Imam Ali Bin Abi Thalib as, Pemimpin yang Adil)

 

“Allah… Allah! Perhatikanlah anak-anak yatim. Jangan mereka sampai kelaparan dan jangalah sampai kehilangan hak. Daku mendengar sendiri Rasulullah saw sendiri berpesan; “Sesiapa yang mengasuh anak yatim sehingga ia mendapat apa yang diperlukan, orang itu akan dikurniakan syurga oleh Allah. Manakala nerakalah orang yang memakan harta anak yatim.”

 

“Allah… Allah! Perhatikanlah Al-Quran. Jangan sampai anda semua tidak mengamalkannya”

 

“Allah… Allah! Perhatikanlah jiran tetangga anda semua, sebab mereka itu adalah wasiat Nabi”

 

“Allah… Allah! Perhatikanlah rumah Allah Masjidil Haram. Jangan anda semua tinggalkannya ketika anda masih hidup. Kerana jika anda tinggalkan, anda tidak akan dipandang orang. Sesiapa yang sering menghampirinya Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu.”

 

“Allah… Allah! Peliharalah solat sebaik mungkin, sebab solat itu amalan perbuatan yang paling mulia dan merupakan tiang agama.”

 

“Allah… Allah! Tunaikanlah zakat sebagaimana semestinya. Sebab itu akan menghilangkan kemurkaan Allah.”

 

“Allah… Allah! Laksanakanlah Puasa di bulan Ramadhan. Sebab puasa itu adalah penutup jalan ke neraka.”

 

“Allah… Allah! Berjuanglah dijalan Allah dengan harta dan jiwa anda semua. Hanya terdapat dua jenis sahaja orang yang berjuang di jalan Allah. Iaitu seorang pemimpin yang memberikan bimbingan menuju Allah dan orang yang patuh kepada pemimpin itu serta mengikuti kebenaran pimpinannya.”

 

“Allah… Allah! Jagalah sebaik mungkin keturunan nabi. Jangan sampai mereka diiniaya orang dihadapan mata anda semua, jagalah sebaik mungkin sahabat nabi yang soleh.”

 

“Allah… Allah! Perhatikanlah para fakir miskin. Biarlah mereka bersama dalam kehidupan anda.”

 

“Allah… Allah! Jagalah sebaik mungin wanita dan hamba sahaya. Sebab Rasulullah saw mewasiatkan supaya anda semua mengambil berat terhadap dua golongan yang lemah ini.”

 

“Dalam menjalankan kewajipan terhadap Allah, jangalah anda merasa takut dicela orang lain. Allah akan melindungi dan menyelamatkan anda semua dari mereka yang ingin membuat jahat kepada terhadap anda.”

 

“Berkatalah sebaik mungkin sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. Janganlah lalai untuk melaksanakan amal ma’aruf dan nahi mungkar agar Allah tidak melimpahkan kekuasaan kepada orang jahat. Sebab dalam keadaan seperti itu doa anda semua tidak akan diperkenankan.”

 

“Handaklah anda semua saling berhubung erat, saling tolong menolong dan saling kasih mengasihi. Jangalah anda memutus hubungan, saling berpecah atau bercerai berai. Handaklah anda semua saling bantu membantu dalam kebajikan dan takwa. Janganlah sekali-kali anda semua saling bantu-membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

 

“Bertaqwalah kepada Allah, kerana siksaan Allah itu amat pedih sekali. Semoga Allah sentiasa menjaga dan memelihara anda wahai keluargaku! Daku mengucapkan selamat tinggal sebaik-baiknya kepada anda semua dan ucapkan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….!”

 

Kemudian Saidina Ali menoleh kepada kedua anak kesayangannya, Saidina Husin dan Hasan seraya berkata:

“Wahai anakku! Perhatikanlah sebaik-baik 4 perkara yang ingin aku sampaikan. Selagi anda berpegang teguh kepada 4 perkara tersebut, apapun yang anda lakukan tidak akan mendatangkan kemudaratan”

 

Surat wasiat khusus :

Pada malam 21 Ramadhan, Imam Ali as berwasiat kepada Imam Hasan as dan Muhammad Hanafiyah. Ketika itu, beliau menetapkan Imam Hasan as sebagai washi (pengganti Imam Ali as daIam kepemimpinan) dan menyerahkan kitab dan pedang beIiau kepadanya.

 

Kemudian beliau berkata kepada Imam Hasan as, “Rasulullah saw telah menyuruhku apabiIa aku hendak pergi meninggalkan dunia ini, supaya aku mengangkat engkau sebagai washiku, dan menyerahkan kitab dan pedangku kepadamu, (Demikian juga) pada saat engkau akan meninggal dunia nanti, angkatIah saudaramu (Imam Husain as) sebagai washimu dan semua sarana ini engkau serahkan kepadanya. LaIu pada saat Imam Husain as hendak meninggalkan aIam ini, hendaknya dia mengangkat putranya, Ali bin Husain as sebagai washinya.”

 

Kemudian Imam Ali as menoIeh kepada Imam Husain as dan berkata, “Sepeninggalmu nanti, angkatlah putramu AIi sebagai washimu.” LaIu beIiau menoIeh ke Ali (Za’mal Abidin) dan berkata, “Dan seteIahmu, angkatlah Muhammad sebagai washimu dan sampaikan salamku dan salam dari Rasulullah (saw) kepadanya.”

 

Wasiat kedua Imam Ali as dan kesyahidannya :

Pada malam 21 buIan Ramadhan, Imam berwasiat Imam Alias dun tentang pemandian dan pemakaman dirinya. Beliau menoleh kepada Imam Hasan as dan berkata, “Malam ini, aku akan meninggalkan kaIian. Mandikanlah aku!

 

Lalu pakailah hanut (pembalseman mayat) dengan kafur yang telah dibawakan Jibril dari surga. Kafur itu, sepertiganya telah dipakai untuk Rasulullah saw dan sepertiganya lagi untuk Fathimah as.”

 

Disebutkan dalam kitab Muntahal-A‘mal, ketika jenazah Amirul Mukminin as dimandikan, jasad beliau membolak-balik sendiri. Ketika Sayidah mengambilkan hanut dari dalam kotak, aromanya menebar ke segenap kota Kufah. Malaikat Jibril dan Mikail membawa keranda di depan.

 

“Bila engkau akan mengafaniku dan meletakkanku dalam keranda, jangan biarkan orang membawanya di bagian depan. Bawalah keranda di bagian belakang, mengikuti ke mana keranda itu pergi. lkutilah arah perginya dan bila keranda itu berhenti, ketahuilah itu berarti di sana tempat kuburanku.”

 

Imam Ali as berpesan lagi kepada Hasan as, “Dalam menshalati jasadku, ucapkan takbir tujuh kali. Ketahuilah, bacaan tujuh takbir ini tidak diperbolehkan selain aku dan putra saudaramu Imam Husain (Imam Mahdi), dialah “al-Mahdi” bagi umat ini. Dialah orang yang akan meluruskan penyimpangan-penyimpangan manusia.”

 

“Di samping kubur setelah engkau shalat, galilah tanah! Di situ akan didapati kuburan yang siap pakai, ada papan kayu dan tulisan yang terukir di atasnya. Kuburan ini, ayahku Nabi Nuh as-lah yang telah menggalinya untukku. Letakkanlah aku di atas kayu itu, di situ engkau akan mendapati tujuh batu bata besar. Letakkan batu-batu itu di atas kuburanku. Lalu diamlah sejenak, kemudian ambillah satu bata dari kuburanku. Engkau tidak akan melihatku, karena aku menyusul kakekmu Sang Musthafa. Sekiranya seorang nabi dimakamkan di Timur dan washinya dikuburkan di Barat, Allah Swt akan menghubungkan ruh dan jasad nabi dengan ruh dan jasad washinya. Tetapi selang waktu kemudian, Allah akan mengembalikannya lagi ke dalam kuburannya. Saat itu, tutuplah kuburanku dengan tanah dan sembunyikan kuburanku dari khalayak.”

 

Karena dimungkinkan kaum Khawarij akan menggali kuburannya. Setelah itu, beliau berwasiat kepada anak-anaknya supaya bersabar dan berkata, “Wahai Aba Abdillah (Husain)! Nanti engkau akan mati syahid. Sesaat kemudian, Imam Ali as tak sadarkan diri lalu siuman, dan berkata, “Sekarang Rasulullah saw sudah datang. Pamanku Hamzah dan saudaraku Ja‘far sudah ada di sampingku. Mereka berkata kepadaku, “Cepatlah kemari! Kami merindukanmu dan menantikanmu.

 

Tiba-tiba Imam Ali as mengucapkan, “Salam atas kalian, wahai para malaikat Allah! Kemudian berkata, “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. ”

 

Ketika itu ,keringat suci keluar dari keningnya. Beliau meluruskan tangan dan kaki ke arah kiblat, Ialu menutup kedua matanya seraya berucap, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, hanya Dia-lah Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Dan beliau pun wafat.

 

Referensi :

Ceramah Ust Jalaluddin Rahmat di malam pertama ihya lailatul qadr

Abbas Rais Kermani, Kecuali Ali , Jakarta : Penerbit Al-Huda, 2009.

 

Sumber:
www.syiahmenjawab.com

 

 

  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)