• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 84
  • 3/9/2017
  • Date :

Fatimah Az-Zahra As Puncak Kemanusiaan

Fatimah Az-Zahra as berada di puncak kemanusiaan dan tidak ada seorang pun yang berada di atasnya dan kita semua menyaksikan bahwa beliau sebagai seorang muslimah, memiliki kesempatan dan kekuatan untuk mencapai puncak [kesempurnaan].

fatimah az-zahra as puncak kemanusiaan

Hari ini kita berbicara atas nama Islam dan kita menilai risalah Islam sebagai risalah yang terbaik-kami bangga atas keberadaan perempuan-perempuan seperti Anda dan ini disebabkan karena setiap dakwa dan seruan yang mendekati tah ap pelaksanaan, nilai hakikinya akan semakin nyata. Kami dalam masalah perempuan dari satu sisi serta masalah ilmu pengetahuan dan spesialisasi di sisi lain dan juga masalah pengabdian kepada umat manusia dari sisi berikutnya, kami memiliki banyak klaim atas nama Islam. Klaim-klaim kami dalam kerangka Islam. (Baca Juga: Sayidah Fathimah as, Teladan Lintas Masa dan Multi Dimensi)

 

Saya berpendapat bahwa kaum perempuan dalam masyarakat yang sehat bisa dan harus mendapatkan kesempatan sesuai kemampuannya, untuk berbuat dan bersaing dalam kemajuan ilmiah, sosial, pembangunan, dan dalam mengatur dunia ini. Dari sisi ini, tidak ada perbedaan antara kaum laki-laki dan perempuan. Tujuan penciptaan setiap manusia sama dengan tujuan penciptaan seluruh umat manusia; yaitu menggapai kesempunaan kemanusiaan dan memanfaatkan seluruh keutamaan yang dapat dimiliki oleh manusia. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya yang paling utama adalah Fatimah Az-Zahra as dan pada tahap berikutnya adalah figur-figur perempuan agung lainnya dalam sejarah.

 

Fatimah Az-Zahra as berada di puncak kemanusiaan dan tidak ada seorang pun yang berada di atasnya dan kita semua menyaksikan bahwa beliau sebagai seorang muslimah, memiliki kesempatan dan kekuatan untuk mencapai puncak [kesempurnaan]. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mungkin dari sisi inilah, di dalam Al-Quran ketika membawakan contoh tentang manusia yang baik dan buruk, Allah SWT menyebutkan contoh keduanya dari dua macam perempuan. Untuk contoh orang yang baik Allah membawakan contoh istri Firaun, dan untuk orang buruk Allah membawakan contoh istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh.

 

و ضرب ‌الله‌ مثلاً للذین‌ امنوا امرات‌ فرعون‌

“Allah membawakan perumpamaan orang-orang beriman dengan contoh istri Fir’aun.”

 

Sebaliknya, tentang manusia jahat dan menyimpang serta manusia yang bergerak menuju kesesatan, Allah SWT mencontohkan seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. (Baca Juga: Kisah Asiah Istri Fir’aun; Tersiksa di Jalan Cinta-Nya)

 

Jawaban Islam Terhadap Pemahaman Distorsif Dalam Sejarah Tentang Kedudukan Kaum Perempuan

Di sini, muncul pertanyaan bukankah ada laki-laki [yang beriman dan yang kafir]? Bukankah Allah bisa membawakan perumpamanan satu contohnya dari laki-laki dan satu lainnya dari perempuan. Tidak, di dalam Al-Quran ketika menyebutkan perumpamaan untuk orang-orang beriman dan perumpamaan untuk orang kafir Allah justeru menyebutkan contoh orang perempuan. Apakah ini tidak berarti bahwa kita harus memandang perempuan dengan kacamata Islam yang positif dan menjawab menjawab pemahaman distorsif dan berkelanjutan di sepanjang sejarah tentang kaum perempuan? Kita harus meluruskan persepsi dan cara pandang keliru terhadap kaum perempuan yang terjadi sepanjang sejarah.

 

Saya terkejut sekali -kecuali pada beberapa hal yang dikecualikan- mengapa harus seperti ini yang terjadi? Mengapa orang selalu berpikir menyimpang tentang masalah perempuan dan laki-laki dan selalu ingin mempertahankan penyimpangan ini? Jika Anda perhatikan -selain ajaran para nabi-, pada setiap persepsi, analisa, dan pemikiran manusia, perempuan dan laki-laki ditempatkan pada kedudukan yang keliru begitu pula dengan penisbatan terhadap keduanya. Bahkan di banyak peradaban besar zaman dahulu -seperti pada peradaban Romawi dan atau Iran- pandangan tentang perempuan sangat keliru. Saya tidak ingin memaparkannya secara rinci di sini dan pasti Anda telah mengetahuinya, atau Anda dapat menelaah kembali masalah ini.

 

Kondisi dunia saat ini pun masih seperti itu. Dewasa ini, di balik propaganda, polemik, dan slogan yang mengaku mendukung kaum perempuan dan klaim untuk menempatkan perempuan di posisi sebenarnya sebagai manusia, masih terdapat persepsi keliru terhadap kaum perempuan. Mengingat bahwa dibanding bangsa-bangsa Muslim dan bangsa-bangsa non Eropa, bangsa Eropa lebih terlambat untuk terjun ke medan ini, maka mereka pun lambat menyadari kesalahan ini.

 

Anda tentu tahu bahwa hingga dekade kedua pada 20, di Eropa tak satu perempuan pun yang memiliki kedudukan atau bahkan hak berpendapat. Bahkan di negara yang demokratis sekali pun, kaum perempuan tidak berhak membelanjakan harta mereka. Sejak dekade kedua -yakni sejak tahun 1916 atau 1918 dan seterusnya- lambat laun di negara Eropa ditetapkan bahwa kaum perempuan berhak untuk mengatur dan menggunakan harta mereka, dan hak sosial mereka disetarakan dengan kaum laki-laki. Oleh sebab itu, Eropa sangat terlambat bangun dari tidurnya dan sangat terlambat memahami masalah ini. Dan tampaknya mereka berusaha mengejar ketertinggalan ini dengan gencar menggalakkan propaganda bohong.

 

Tentunya dalam sejarah Eropa, ada juga perempuan yang menjadi ratu. Tetapi masalah adanya perempuan bangsawan, statusnya dalam sebuah suku atyu keluarga, harus dipisahkan dari masalah isu perempuan. Diskriminasi ini selalu ada. Ada pula wanita yang memiliki kedudukan tinggi seperti menjadi ratu, dan keunggulan ini didapatkan berkat ikatan keluarga dan warisan yang sampai ke tangan mereka. Namun secara keseluruhan ‘perempuan’ masa itu tidak [mendapat kedudukan]. Berbeda dengan pandangan agama-agama Ilahi -khususnya agama Islam yang masih otentik-. Wanita di zaman dahulu tidak memiliki hak apapun dalam masyarakat.

 

Anda lihat bahwa saat ini dunia peradaban barat ingin mengejar ketertinggalan mereka yang sangat memalukan tentang masalah perempuan itu dengan menggunakan cara yang berbeda. Menurut pendapat saya, mereka mewarnai persepsi insani perempuan dengan masalah-masalah propaganda, politik, dan ekonomi. Seperti yang sejak awal terjadi di Eropa dan sejak saat kaum perempuan diberikan hak, biasanya berasaskan pada pondasi yang keliru ini.

 

Ketika saya melihat pemikiran dunia dan perspektif Islam, saya dengan jelas menyadari bahwa umat manusia hanya akan mampu menilai masalah perempuan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan secara benar dan sempurna, ketika perspektif Islam dipaparkan seutuhnya, tidak kurang dan tidak lebih. Inilai klaim kami tentang masalah perempuan di dunia. Kami sama sekali tidak menerima apa yang pernah terjadi pada peradaban materi dunia terhadap kaum perempuan dan menurut kami semua itu tidak menguntungkan dan tidak berpihak kepada kaum perempuan.

 

Islam menginginkan pertumbuhan pemikiran, keilmuan, kemajuan sosial politik, dan -yang paling penting- keutamaan spiritualitas perempuan hingga ke titiknya yang tertinggi, serta agar eksistensi mereka dalam masyarakat dan keluarga -sebagai sebuah anggota- memberikan manfaat dan kontribusi tertinggi. Seluruh ajaran Islam termasuk soal jilbab berasaskan pada masalah ini. Masalah jilbab, bukan berarti mengucilkan perempuan. Jika ada pihak yang berpendapat demikian tentang jilbab, maka pandangannya sangat keliru dan menyimpang. Masalah jilbab berarti mencegah terjadinya pembauran dan hubungan tanpa batas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Pembauran seperti ini akan sangat merugikan masyarakat serta kaum lelaki dan perempuan -dan pihak yang lebih dirugikan adalah kaum hawa.

 

Jilbab sama sekali tidak mengganggu dan menghalangi aktivitas politik, sosial, dan ilmiah kaum perempuan, dan buktinya nyatanya adalah Anda semua. Mungkin sejumlah pihak heran dan saat ini pun mereka masih heran bahwa ternyata ada perempuan yang memiliki derajat keilmuan yang tinggi di berbagai bidang namun di saat yang sama menyesuaikan diri mereka dengan ajaran agama Islam termasuk masalah jilbab. Bagi sebagian orang, hal ini sangat menakjubkan dan mereka tidak dapat membayangkannya. Kita lewati saja sikap sebagian orang yang pada masa pemerintahan rezim despotik dahulu memperolok jilbab. Pada masa itu, hanya segelintir perempuan dan remaja putri saja yang memakai jilbab di universitas-universitas dan mereka dijadikan bahan olok-olok dan tertawaan.

 

Perempuan, Pejuang Garis Terdepan Revolusi

Revolusi kita telah menghapus anggapan dan pemikiran batil ini dan kita menyaksikan bahwa kaum perempuan, merupakan para pejuang garis terdepan revolusi. Ini adalah fakta yang sesungguhnya dan saya tidak berlebihan mengatakan hal ini. Pada masa revolusi kita saksikan kaum perempuan di negara kita ini menjadi pejuang garis terdepan revolusi. Jika kaum perempuan tidak mendukung revolusi, tidak bersedia mengikuti gerakan revolusi ini dan tidak meyakininya, pasti revolusi ini tidak akan pernah terwujud. Saya meyakini hal ini. Petama, jika tidak ada mereka, itu artinya separuh dari kelompok revolusioner absen dari medan. Kedua, secara tidak langsung kaum perempuan -yang memiliki pengaruh besar dalam lingkungan keluarga- akan ikut mempengaruhi anak-anak, suami, saudara, dan lingkungan keluarga mereka. Partisipasi merekalah yang mampu mematahkan tulang pungggung musuh dan yang menggulirkan perjuangan dengan makna yang sesungguhnya.

 

Di kancah politik, kita juga menyaksikan figur perempuan yang memiliki kemampuan tinggi dalam menganalisa dan berorasi serta siap untuk memikul tanggung jawab dalam negara. Proses ini terus berjalan dan berkembang dan harus terus dilanjutkan. Anda juga merupakan bukti nyata di bidang ilmiah dan masih ada orang-orang seperti Anda di berbagai bidang.

 

Dalam masyarakat kita, pendidikan berbagai disiplin ilmu yang sangat urgen untuk membangun masyarakat, adalah wajib untuk semua. Mereka yang mampu, maka pada hakikatnya hari ini adalah hari dimana belajar merupakan sebuah kewajiban syar’i, selain itu juga sebagai kewajiban sosial. Belajar dan menuntut ilmu bukan hanya sebuah keutamaan agar seseorang dapat mencapai satu kedudukan dan memiliki pekerjaan yang memberikan banyak penghasilan; masalahnya adalah bahwa setiap orang yang mampu belajar untuk, mereka wajib belajar dan memiliki spesialisasi. Menuntut ilmu dan spesialisasi di bidang kedokteran -seperti hanya jurusan lainnya- diwajibkan untuk laki-laki, namun lebih diwajibkan untuk kaum perempuan, karena lahan kerja untuk perempuan lebih sedikit. Dibandingkan dengan jumlah perempuan dalam masyarakat, kita memiliki sedikit dokter perempuan. Oleh sebab itu dalam pandangan Islam, masalah ini adalah sebuah fenomena yang telah terselesaikan dan masyarakat kita harus terus maju.

 

Sampaikan Pesan Kalian Kepada Dunia Secara Praktis dan Tercatat

Saya ingin kalian, para wanita, memiliki pesan untuk dunia. Sampaikanlah pesan ini kepada dunia dengan terperinci dan tercatat. Pesan tidak hanya secara verbal, lisan, dan tertulis saja, tetapi yang lebih khusus adalah pesan praktis. Perempuan Iran, khususnya mereka yang dapat beraktivitas di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Islam dan hukumnya yang terpenting adalah masalah jilbab, mereka harus memahamkan perempuan, remaja putri, dan mahasiswi di dunia bahwa ilmu tidak berarti pergaulan bebas tanpa batas. Menuntut ilmu juga bukan berarti melepaskan keterikatan akan nilai-nilai etika dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi belajar juga dapat dilakukan dengan tetap menjaga nilai-nilai tersebut dan menggapai kedudukan yang tinggi, dan wujud kalian dapat menjadi contoh nyata dari pesan global Islam ini.

 

Ya, saya juga mengakui jika kalian katakan bahwa hari ini dunia haus dan menanti apa yang ditawarkan oleh agama. Di antara agama di dunia, agama yang mengklaim mampu membangun masyarakat dari segala sisi, adalah Islam. Kristen dewasa ini dan seluruh agama lain pada dasarnya tidak memiliki seruan tersebut, namun Islam mengaku memiliki pilar-pilar untuk membangun sebuah struktur masyarakat dan dapat menegakkan pilar-pilar tersebut, dan di atasnya Islam akan membangun sebuah tatanan sosial dan masyarakat yang sehat dan maju. Di setiap bidang, termasuk dalam masalah belajar dan yang berkaitan dengannya, masalah perempuan dan ilmu pengetahuan, kita harus menunjukkan bahwa probabilitas tersebut benar-benar dimiliki Islam. (Perspektif Imam Ali Khamenei tentang Sayidah Fatimah, 08-09-2008)

 

Sumber:
www.icc-jakarta.com

 

 

  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)