• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 75
  • 19/11/2017-10:14
  • Date :
Imam Husein As

Faktor-Faktor Pendorong Pergerakan Imam Husain as

Seorang Imam adalah seseorang yang semua perkataan, tindakan, dan pengakuannya menjadi hujjah (bukti). Imam Husain adalah teladan bagi orang lain dan statusnya telah bertransformasi menjadi tradisi yang abadi. Andai Husain yang merupakan ciptaan terbaik Tuhan pada masanya, tidak mcnentang Yazid yang merupakan tiran terkejam di masanya, bisa dipastikan tak akan ada seorang pun yang akan berani menentang tiran.

faktor-faktor pendorong pergerakan imam husain as
Dengan mengontemplasikan catatan singkat ini, mudah-mudahan filosofi pergerakan Imam Husain menjadi jelas. Tindakan Imam dan Imam itu sendiri, dalam kesempatan yang berbeda, telah memperjelas filosofi kebangkitannya sedemikian rupa sehingga hal ini menutup semua jalan (pandangan), yang kerap menuntun pada justifikasi yang salah. (Baca Juga: Perjuangan Imam Husain Membangun Moralitas dan Keadilan)

Mengontemplasikan peristiwa itu sendiri dan beberapa perkataan Imam Husain merupakan dua elemen penting dalam menganalisis pergerakan Imam Husain. Di sini, beberapa poin yang terkait dengan hal ini akan diulas.

Kehormatan dan Kebebasan
Salah satu elemen pen ting dalam kebangkitan Imam Husain adalah memelihara kehormatan dan kebebasan. Penerimaan atas kekhalifahan Yazid, afirmasi atas kepemimpinannya, dan hidup di bawah perintahnya, sepenuhnya adalah kehinaan yang sama sekali tak akan pernah ditebus oleh Imam Hussein dengan harga apa pun.

Bagaimana mungkin, ia yang berasal dari garis keturunan terhormat dan mulia akan menebus kehinaan seperti itu? Bagaimana mungkin, ia yang merupakan hamba Tuhan, yang paling kompeten dan yang selalu bersujud di atas tanah dalam penghambaan hanya kepada Tuhannya, akan mengalah pada semua nafsu memalukan seorang Yazid? Imam Husain lantang meneriakkan kebenaran, “Berhati hatilah! Sesungguhnya orang yang memutuskan untuk menyerangku berada di antara dua hal; antara jatuh dan kehinaan. Semoga kita terhindar dari kehinaan.” (Baca Juga: Falsafah Menangisi Imam Husein as)

Menyelamatkan Islam
Dengan kehadiran Yazid dan munculnya segala jenis korupsi, pembinasaan bertahap atas nilai-nilai Islam dan penindasan terhadap orang-orang yang benar-benar beriman, Imam Husain melihat bahwa Islam sedang berada dalam jurang kepunahan. Ia melihat bahwa ketika seseorang itu fasiq, tiran, dan tidak beriman sama sekali mendapatkan hak istimewa untuk memimpin masyarakat Muslim, maka tak lama lagi bisa dipastikan bahwa semua pencapaian Islam akan binasa dan nilai-nilainya akan terhapuskan.

Atas dasar ini, andai ia tidak mengambil tindakan yang berbeda terhadap peristiwa-peristiwa ini, maka sikap serupa ini tak akan pernah dibenarkan. Terkait hal ini, Imam berseru, “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”, segala sesuatu milik Allah dan kepada-Nya-lah kita akan kembali. Selamat tinggal kepada Islam, jika umat Islam dibangun di atas penguasa seperti Yazid.”

Reformasi Masyarakat Islam
Aspirasi pemerintahan Umayyah untuk umat Islam tak lain hanya berbentuk korupsi dan pengrusakan. Korupsi ini telah tersebar luas dan menjangkiti semua dimensi masyarakat; korupsi moral, korupsi ekonomi : korupsi politis, dan berbagai jenis korupsi lainnya.

Imam Husain adalah penyembuh Ilahi yang menyaksikan langsung kesakitan terburuk yang menimpa masyarakat Islam. Inilah titik di mana kewajiban Ilahi dan tanggung jawab religiusnya meniscayakannya untuk bertindak dan mengonfrontasi korupsi sebagai seorang reformer Ilahi.

Dari sini, menjadi jelas bahwa pemberontakannya bukanlah merupakan bentuk kebinasaan maupun kemusnahan, melainkan justru mempakan bentuk reformasi dan konstruksi. Sebagaimana ia telah proklamasikan, “Sungguh Aku tidak bangkit atas dasar kejelekan dan kesiasiaan, atau kerusakan, dan berbuat kezaliman. Namun Aku bangkit dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan umat kakekku.”

Perang Melawan Tirani: Menyeru Kebajikan dan Melarang Kemungkaran
Yazid adalah personifikasi atas ketidakadilan, tirani, dan kebencian terhadap keadilan. Sementara Husain adalah manifestasi keadilan dan kebenaran. Husain berasal dari kaum terpelajar, yang menurut statemen ayahnya merupakan golongan yang telah Allah janjikan untuk tidak apatis terhadap ketidakadilan para tiran dan kezaliman atas orang-orang yang terzalimi.

Khususnya tirani yang tidak hanya menzalimi umat Islam, tetapi juga menciptakan bid’ab atas agama Tuhan dan menghalalkan hal-hal yang haram. Saat Imam sedang menghadapi tentara Yazid di bawah komando Hurr al-Riyahi, ia berkata,

“Wahai manusia! Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda, Siapa yang melihat pemimpin tiran, yang menghalalkan segala yang diharamkan oleh Allah, mengingkari janjinya kepada-Nya, menentang sunnah Nabi-Nya, dan bertindak keji dan zalim terhadap hamba Tuhan, kemudian dia enggan mengubahnya melalui kata-kata dan tindakan, maka sudah menjadi hak Allah untuk memasukkannya ke dalam golongannya (orang zalim).”

Tak ada keraguan bahwa menyeru pada kebaikan dan melarang kemungkaran adalah salah satu kewajiban penting dalam Islam. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menyebar-luaskan kebajikan dan melarang kemungkaran. Kapan pun kebaikan dilarang dan kemungkaran justru terbudaya, kewajiban umat Muslim menjadi lebih sulit.

Di samping itu, kapan pun tingkat spiritualitas, intelektualitas, dan sosial seseorang lebih tinggi, maka kewajibannya pun cenderung lebih sulit. Mengabaikan prinsip ini hanya akan menyiapkan landasan bagi pembasmian kebaikan dan penyebaran kemungkaran. Imam Husain telah menyaksikan tindakan-tindakan yang tidak dilandaskan pada kebenaran dan pada saat itu tak ditemukan upaya untuk mencegah kemungkaran ini.

“Tidakkah kau lihat bahwa kebenaran tidak tertunaikan dan kemungkaran tidak dilarang?” Untuk alasan ini, merupakan sesuatu yang nyata dalam Islam bahwa Imam harus memenuhi kewajibannya, karena Imam sendiri telah bersabda, “saya berniat untuk menyeru pada kebaikan dan melarang kemungkaran.”

Kewajiban Imamah (kepemimpinan)
Imamah (kepemimpinan) Imam Husain telah menentukan tanggung jawab spesifik baginya. Dan ini telah melipatgandakan arti penting dan keniscayaan Imam untuk tegak berani melawan Yazid. Perang melawan tirani, menyeru pada kebajikan, dan melarang kemungkaran adalah kewajiban semua Muslim. Namun, seseorang yang berada dalam posisi pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab yang lebih besar.

Seorang Imam adalah seseorang yang semua perkataan, tindakan, dan pengakuannya menjadi hujjah (bukti). Imam Husain adalah teladan bagi orang lain dan statusnya telah bertransformasi menjadi tradisi yang abadi. Andai Husain yang merupakan ciptaan terbaik Tuhan pada masanya, tidak mcnentang Yazid yang merupakan tiran terkejam di masanya, bisa dipastikan tak akan ada seorang pun yang akan berani menentang tiran.

Terlepas dari semua kesulitan dan larangan dari kebanyakan orang yang berniat baik atasnya, Imam Husain tak pernah mengizinkan keraguan apa pun mengintervensinya dalam melanjutkan jalannya dan mengejawantahkan tujuannya.

Undangan dari Penduduk Kufah
Selain apa yang telah diulas sebelumnya, panggilan dari penduduk Kufah dan janji gigih mereka untuk mengikuti dan mendukung Imam merupakan justifikasi sempurna atas Sang Imam.

Andai saja Imam tidak merespon panggilan mereka, maka mereka akan selalu menanyakan apa alasan Imam untuk tidak merespon mereka dalam mengonfrontasi tiran. Sementara pada saat yang sama, tak ada kesulitan sama sekali yang mengadang Imam untuk menerima panggilan penduduk Kufah.

Referensi:
Tulisan Muhammad Fanaei Eshkevari berjudul “Refleksi Filosofis Tentang Kebangkitan Imam Husain” di buku “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain” , Shadra press.

Sumber :
www.syiahmenjawab.com
  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)