• Black
  • perak
  • Green
  • Blue
  • merah
  • Orange
  • Violet
  • Golden
  • Nombre de visites :
  • 151
  • 27/10/2017
  • Date :
Doa

Berdoa, Bertawasul Kepada Rasulullah saw

Al-Quran al-Karim secara eksplisit banyak mengisyarahkan tentang kehidupan manusia setelah kematiannya dan adanya kehidupan tinggi bagi orangorang yang berbuat baik hingga tibanya hari kiamat dan memasuki dunia abadi.

berdoa, bertawasul kepada rasulullah saw
Pada masa kehidupan Rasulullah, banyak dari kaum Muslim yang meminta bantuan dan berTawasul kepada beliau. Ahmad bin Hanbal, Tirmidzi, dan Ibnu Majah menukilkan bahwa seorang lelaki buta mendatangi Rasul saw dan meminta kepada beliau untuk mendoakannya supaya Allah memberikan kesembuhan kepadanya. (Baca Juga: Hikmah Mengangkat Tangan ketika Berdoa)

Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau menginginkan, aku akan mendoakanmu, akan tetapi jika mampu, bersabarlah karena hal ini lebih baik bagimu.” Lelaki tersebut mengulangi permintaannya. Rasul saw meminta kepadanya untuk melakukan wudhu secara sempurna, dan ia mengatakan, “Ilahi! Aku meminta dari-Mu dan aku memanggil rasul-Mu Muhammad. Wahai Muhammad!

Sesungguhnya aku memanggil Allah melaluimu dalam hajatku supaya terkabulkan. Ilahi! Jadikanlah Muhammad sebagai syafi’ dan penyelamatku.”[1] Dan Tawasul kepada Rasulullah saw ini terus berlanjut setelah beliau wafat. Dalam agama Islam, kematian tidaklah bermakna kebinasaan. Kematian (berpindah ke alam lain yakni alam barzakh) merupakan pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih terarah dan agung.

Al-Quran al-Karim secara eksplisit banyak mengisyarahkan tentang kehidupan manusia setelah kematiannya dan adanya kehidupan tinggi bagi orangorang yang berbuat baik hingga tibanya hari kiamat dan memasuki dunia abadi.

Al-Quran meminta kepada kita untuk tidak mengatakan bahwa para syahid itu telah mati (sirna,punah, tiada), sebagaimana firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang telah gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapikamu tidak menyadarinya.”[2]

Setiap manusia itu akan mengalami kehidupan hakiki setelah kematiannya (setelah meninggalkan dunia ini), akan tetapi para syahid menjalani kehidupan hakiki di sisi Allah dan mendapatkan rezeki.[3]

Oleh karena itu, Syi’ah dan Ahlusunnah sepakat bahwa Rasulullah pasti masih hidup, menyaksikan, dan mendengar seruan-seruan kita, dan kekuatan yang diberikan oleh Allah dalam membantu kita tidak akan berkurang dengan wafatnya. Darami menukilkan bahwa suatu ketika masyarakat Madinah telah tertimpa kekeringan, oleh karena itu mereka mendatangi Aisyah dan mengadukan kondisi yang mereka alami. Aisyah mengatakan, “Menghadaplah ke arah kubur Rasulullah, buatlah lubang di langit-langit makam beliau ke arah langit sedemikian hingga tidak terdapat penghalang antara kubur
dan langit.”

Darami melanjutkan, maka masyarakat pun melakukan apa yang dikatakan oleh Aisyah, dan akhirnya hujan deras mengguyur Madinah hingga rerumputan bertumbuhan dan unta-unta menjadi kenyang dan gemuk. Menariknya, berdasarkan nukilan Bukhari, khalifah kedua juga pernah beberapa kali ia meminta kepada Allah dengan berTawasul kepada Abbas, paman Rasulullah supaya diturunkan hujan, begitu ia memohon dengan hak Muhammad saw kepada-Nya, maka hujan pun turun.[4]

Referensi :
1. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Syâmiyyîn,
hadis ke 16604 dan 16605;Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Kitab al-Da’auh, hadis 350; Ibnu
Majah, Sunan, Kitâb Iqâmah al- Shalawah wa Sunnah mâ, hadis 1375.
2. Qs. Al-Baqarah [2]: 154, makna yang serupa terdapat pula pada Qs. Ali Imran
[03]: 169.
3. Darami, Sunan al-Darami, Kitab Muqadimah, hadis ke 92.
4. Bukhari, Shahîh Bukhârî, Kitab Jum’ah, hadis ke 954 dan Kitab Munaqib, hadis
3434.

Sumber:
www.syiahmenjawab.com
  • Print

    Send to a friend

    Comment (0)